Jumat, 28 Juli 2017

METODE TAHFIDZ AL-QUR'AN UNTUK ANAK SD/MI




Menjadi guru al-Quran bukanlah hal yang mudah, karena selain kita dituntut untuk memperbaiki kualitas bacaan dan hafalan santri, kita juga dituntut untuk memberikan contoh pada mereka. Jangan sampai kita memberi tugas hafalan atau murojaah al-Quran ke murid namun kita sendiri tidak melaksanakan atau melarang sesuatu tapi kita menjadi orang pertama yang melanggarnya.


Setelah poin di atas sudah diamalkan maka kita bisa langsung menerapkan metode tahfidz Al-Quran untuk anak TK, TPA dan SD. Bagaimana metodenya?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, sebaiknya baca dulu artikel sebelumnya, cara mengajarkan anak dengan metode yang tepat untuk anak usia dini, sebab artikel ini hanyalah pelengkap dari pembahasan tersebut.

Macam-Macam Metode Tahfid

 
Saat guru mengajarkan al-Quran pada anak kadang dia harus mencari cara yang sesuai dan cocok untuk muridnya. Misalnya dia harus berhalaqoh, menghafal bersama dan lain sebagainya. Nah, dari situlah muncul metode-metode yang kemudian metode tersebut diistilahi atau dinamai. Salah satu nama metode-metode yang saya tahu adalah, metode taqdim, metode mudhaharah, metode takrir, metode quesioner dan metode baidhawiy serta metode mutabaah.

Masyaallah, ternyata ada banyak sekali metode pembelajaran hafalan al-Quran. Bagi saya, istilah-istilah seperti ini malah membuat para guru jadi bingung, sehingga ia tidak konsisten dalam menjalankan metode pengajaran al-Quran untuk anak. Maka tidaklah heran apabila ada pertanyaan, "metode mana yang paling baik? Mana yang terbaik di antara metode-metode tahfidz di atas?"

Silahkan antum buang dulu kebingungan-kebingungan di atas, karena sebenarnya mengajarkan hafalan al-Quran untuk anak-anak di sekolah negri SD, atau lembaga Islam seperti SDIT tidak lah serumit yang kita bayangkan. Maka di sini saya akan memberikan tips dan cara yang cocok dan mudah untuk anak, bahkan balita.

Metode yang akan saya bagikan ini sudah dipraktekan oleh saya di Kuttab al-Fatih, bahkan semua guru di sana juga memakainya sebab seluruh guru quran sudah diseragamkan untuk menggunakan satu metode, entah itu metode Tahsin quran maupun Hafalan. Alhamdulillah, dengan itu kualitas bacaan dan hafalan anak di sana sungguh luar biasa (penilaian pribadi), bahkan sudah mengalahkan kualitas bacaan saya dulu ketika lulus SMA di pesantren. Wah jujur banget.

Hanya Satu Metode Tahfidz untuk Anak SD, yaitu Metode Kemampuan

Namanya aneh kan? Ini memang aneh, jadi harap maklum. Karena sebenarnya penamaan metode kemampuan ini hanya akal-akalan saya saja. :). Untuk nama aslinya malah kurang tau. atau mungkin belum ada namanya.

Maksud metode kemampuan adalah, sebelum sang guru mengajarkan hafalan al-Quran anak, dia harus mengukur kemampuan si anak terlebih dahulu. Apabila anak belum mampu maka kita akan menggunakan metode takrir, namun, jika sudah mampu dari segi kualitas bacaan, baik tajwid maupun makhraj maka bisa menggunakan Metode Mutabaah (Kalau kaya gini caranya, sama saja 2 metode). Bagaimana cara mengukurnya? Pertanyaan ini sangat penting sekali.

Cara Mengukur si Anak, Menggunakan Metode Takrir Karena Belum Mampu 


Seperti apa sih, anak yang belum mampu itu? Dia adalah anak yang belum bagus kualitas bacaannya baik dari segi makharijul huruf, mad (panjang pendek), ghunnah dan kelancaran. Biasanya anak ini belum bisa membaca al-Quran, atau dia mengaku sudah bisa baca namun ketika dites si anak belum bisa membedakan mana yang (ذ) dan (ز) kemudian (ها) dengan (ح) atau suka terbalik-balik, atau panjang pendeknya salah-salah dan masih banyak lagi yang lain.

Yang lebih penting, umur bukanlah peran utama dalam standar kemampuan, karena ada juga yang masuk kelas 4 SD namun kemampuan bacaannya kurang. Maka dalam hal ini membutuhkan guru yang benar-benar paham ilmu tajwid dan tahsin. Oh maaf, bukan hanya paham ilmunya tapi bisa juga mempraktekannya. Apabila sudah diketahui ukurannya, maka bisa langsung menggunakan metode takrir atau baghdadiyah.

Apa Itu Metode Takrir?

Pengertian metode takrir adalah: guru membacakan ayat yang mau dihafal di depan anak-anak, dengan makhraj dan tajwid yang sesuai, bagus dan mantap. Kemudian setelah itu anak disuruh menirukan bacaan gurunya tersebut sampai anak yang di dalam kelas tersebut hafal semua dengan bacaan yang bagus, baik sisi ghunnah, mad dan makhraj.

Kesalahan para guru biasanya terjadi ketika dia mengajar kelas yang isinya murid baru semua. Lalu ditanya oleh ustadznya, "Nak, bisa baca Quran belum?" lalu muridnya menjawab, "Sudah tadz, saya ngaji di TPA sudah sampai surat an-Naba" kemudian gurunya langsung menilai bahwa dia mampu, padahal belum mengujinya.

Kita harus tahu bahwa sebelum dia masuk ke lembaga kita, para murid baru memiliki riwayat hidup yang tidak sama (dalam masalah ngaji). Misalnya si A belajar ngaji di TPA situ, dan si B belajar ngaji di TPA sini. Nah, kita juga tidak tahu kemampuan guru-guru sebelumnya.

Maka dari itu, kami sarankan kepada setiap lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pembelajaran tahfidz al-Quran, harus menyeragamkan bacaan dan tahsin para guru dan menyeragamkan standar kualitas bacaan dan hafalan para guru. Supaya jika suatu saat guru tersebut ditukar dengan kelas lain, maka standar bacaannya akan sama. Lalu, bagaimana cara menyeragamkannya? Insyaallah mudah.

Saran berikutnya adalah, sebaiknya masalah makharijul huruf si anak harus diselesaikan di tahun pertama atau ke dua. Karena, lebih baik selesai di awal, dan setelah itu anak bisa fokus menghafal dengan kualitas hafalan yang bagus daripada di tahun pertama kita mengejar target banyaknya hafalan namun makhraj anak-anak masih jelek, sehingga kualitas hafalannya juga jelek, bahkan bisa di bawa sampai dewasa umur 25 tahun. Hal ini sama saja 25 tahun mengurus makharijul huruf??!! Pilih 1/2 tahun atau 25 tahun?

Jika Sudah Mampu maka Sudah Bisa Menggunakan Metode Mutaba'ah.

Apa Itu Metode Mutabaah?

Metode mutabaah adalah satu dari macam-macam metode tahfidz al-Quran anak yang kita kenal. cara kerjanya adalah:

Anak diperintah menghafal mandiri, sebab kita sudah percaya pada si anak atas kemampuan bacaannya. Namun, menghafalnya bukan di sekolah atau halaqoh, tapi di rumah. Kemudian besoknya si anak menyetorkan hafalan barunya kepada sang guru. Setelah si anak menyelesaikan setorannya, ustadznya langsung mencatat jumlah ayat, dan hasil hafalannya di buku mutaba'ah.

Metode ini membutuhkan ketegasan sang guru, bagaimana si anak nanti melaksanakan amanahnya. Dan juga ketegasan dalam membenarkan makharijul huruf nya saat menyimak

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon Komentar yang sopan ya !