Berbicara soal
santri tidak akan ada habisnya, pasalnya santri adalah mahkhluk yang istimewa
yang diberikan keunikan tersendiri oleh Allah dibandingkan makhluk yang lain. Bagaimana
tidak, semakin lama nyantri seseorang tidaklah menjadikan seseorang itu sombong
akan tetapi malah menjadi semakin tawadhu’ bisa di ibaratkan bagaikan padi
semakin berisi semakin merunduk, bukan semakin berisi malah semakin jadi.
Hal yang palik
unik bagi seorang santri adalah ketika diberi cobaan berupa Gudigen atau
penyakit gatal gatal, banyak santri yang menafsirkan hal itu adalah salah satu
bentuk cobaan santri yang lagi bertransisi dari tidak betah menjadi betah
dipondok, karena ketika seorang santri menyerah maka jalan yang dipilih adalah
pulang kerumah, uniknya ketika santri pulang penyakit itu justru sembuh tetapi
ketika kembali ke pondok justru malah penyakit itu kembali seperti semula.
Banyak orang yang
pesimis terhadap kontribusi santri bagi masyarakat ketika nanti terjun ke
masyarakat, terutama orang tua yang tidak pernah mengenal dunia pesantren atau tidak
tahu seluk beluk sebuah pesantren, mereka menganggap seseorang dipondokan
nantinya mau menjadi apa? Dan anak istri mau dikasih makan apa? Oleh karena itu
orang tua berlomba-lomba menyekolahkan anak dengan pendidikan yang setinggi-tingginya
harapanya agar nanti anak dapat pekerjaan yang lebih menjanjikan dibandingkan
dengan seseorang yang hanya berstatus sebagai santri.
Padahal sejatinya
ketika seseorang dipondokan atau hidup di pesantren, maka secara tidak langsung
meraka telah bereinkarnasi menjadi manusia yang lebih baik dihadapan tuhan
maupun sesamanya. Santri akan diajarkan bagaimana caranya berbuat baik terhadap
sesamanya, Akhlak dan sopan santun kepada yang lebih tua maupun yang seumuran
denganya, selain itu santri juga diajarkan cara berbisnis, berwirausaha dan
belajar mandiri.
Banyak hal yang
dibebankan kepada santri selain ngaji, berwirausaha maupun belajar mandiri,
bahkan ada sebuah pepatah mengatakan “santri itu Ngaji, Ngabdi, Rabi” semua itu
harus dilakukan dengan hati yang ikhlas dan senang hati, karena santrilah yang
akan menjadi garda terdepan bangsa ini, santrilah yang akan menjadikan
Indonesia ini sebagai negara kesatuan yang utuh dan mendapatkan maghfiroh Allah
ta’ala, menjadikan bumi pertiwi ini sebagai Negara yang baldatun thayyibatun
warobbun ghofur yaitu dengan cara membaca atau Istiqomah melantunkan doa
Mujahadah setiap Maghrib dan ba’da subuh untuk kedamaian negara tercinta kita.
Kitab kuning
adalah hal yang wajib dalam Pesantren Salaf seperti halnya Pondok pesantren Al –
Luqmaniyyah Yogyakarta, Kitab kuning merupakan sebuah sistem pengajian atau
kajian untuk memperdalam ilmu-ilmu agama. denganya santri diajak untuk menjadi
teman yang selalu sabar meghadapinya, bahkan banyak hal harus dilalui untuk
bisa menjadi teman yang akrab dan menjadi teman yang menyenangkan,
seorang santri harus melalui banyak cara dan banyak menghabiskan waktu untuk
bisa membaca kitab kuning, yaitu diawali dengan menghafal kitab kitab dasar
seperti jurumiyyah Jawan, Jurumiyyah, Imrithy, dan terakhir kitab Alfiyyah Ibnu
Malik. Semua itu adalah proses yang sangat panjang, bahkan senang ataupun sedih
banyak dilalui bersamanya.
Menjalani hidup
dipesantren mulai dari Senang dan sedih
bersama kitab kuning tidaklah terlepas dari teman sejolinya yaitu “Rokok dan
Kopi” hal itu adalah kenikmatan yang tiada tara, karena dengan demikian banyak
inspirasi yang tiba tiba muncul dan menjadi penyemangat dalam mempelajari kitab
kuning, kalau pepatah mengatakan Ngaji tanpa kopi bagaikan Teh tanpa gula,
terasa namun tak manis.
Kang santri josssss
BalasHapusojo lali kopine kang. biar ngajinya tambah greng
BalasHapusKopi dan kitab bagaikan dua sisi logam yang tidak bisa dipisahkan
BalasHapusNgopi ala santri ya begini ini
BalasHapusMantulll Tadz
BalasHapusIngin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
BalasHapusKaos Dakwah Eksklusif
Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
Tips Menjaga Hubungan