KH Najib Salimi |
ABAH Najib Mamba’ul ‘Ulum adalah pengasuh pondok pesantren
Al-Luqmaniyyah yang lahir pada tanggal 7 januari 1971, dari pasangan
Romo KH Salimin dan Ibu Nyai Bunyanah. Semenjak kecil beliau telah dididik
keras tentang agama oleh Romo KH. Salimi. Beliau mengenyam pendidikan formal
hanya sampai SD, bahkan ijazahnya pun tidak diambil.
Setelah lulus SD Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum berangkat nyantri ke
Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo. Pada waktu itu Pondok
Pesantren diasuh oleh Romo KH. Abdurrahman Chudori setelah wafatnya KH. Chudori
yang merupakan pendiri Pondok Pesantren API Tegalrejo. Abah Najib Mamba’ul
‘Ulum Nyantri di Pondok Pesantren API Tegalrejo kurang lebih 15 tahun.
Semenjak nyantri di Tegalrejo beliau sudah gemar riyadloh (tirakat)
diantaranya beliau mengamalkan puasa senin kamis, jama’ah, puasa daud, ngrowot
dan lain sebagainya. Dan bahkan Abah Najib melaksanakan ngrowot sampai akhir
hayat beliau. Beliau termasuk santri kinasih (kesayangan) Romo KH. Abdurrahman
Chudori. Walaupun demikian beliau tidak lantas sekepenake dewe (seenaknya
sendiri), beliau tetap tekun belajar dan mentaati peraturan-peratura Pondok
Pesantrean yang berlaku.
Setelah boyong dari Pondok Pesantren API Tegalrejo, beliau
mempersunting Ibu Nyai HJ. Siti Chamnah putri dari Romo KH. Chudlori
Abdul Aziz Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Ngrukem Bantul Yogyakarta. Dari
pernikahan tersebut beliau dikaruniai dua orang putra yang ganteng-ganteng dan
seorang putri yang cantik dan imut. Putra pertama beliau diberi nama Gus
Muhammad Abdullah Falah, Putra yang kedua diberinama Gus Muhammad Alwi
Masduq dan seorang putrinya yang diberi nama Ning ‘Abdah Iqtada.
Abah Najib diberi amanah oleh ayahanda beliau yaitu Romo KH. Salimi
untuk mengasuh sebuah Pondok Pesantren yang terletak ditengah kota Yogyakarta
yaitu di Jl. Babaran Gg. Cemani 759 P/UH V Kalangan Umbulharjo 55161. Pondok
Pesantren Itu diberi nama Al-Luqmaniyyah karena dinisbatkan pada muasisnya
(pendiri) yang bernama Bpk H. Luqman Jamal Hasibuan. Bpk H. Luqman Jamal
Hasibuan mendirikan Pondok Pesantren tersebut atas rasa sukur yang telah
diberikan oleh Allah SWT, berupa kesembuhan dari penyakit yang diderita beliau
melalui lantaran Romo KH. Salimi, karena telah berbagai macam pengobatan telah
beliau lakukan namun tidak kunjung
sembuh. Bpk H. Luqman Jamal Hasibuan memasrahkan Pondok Pesantren tersebut
kepada Romo KH. Salimi untuk menjadi pengasuh, namun karea beliau telah memiliki
Pondok Pesantren sendiri yaitu Pondok Pesantren As-Salimiyyah yang terletak di
Cambahan Mlangi Sleman Yogyakarta, maka beliau mengamanahkan Pondok Pesantren
Al-Luqmaniyyah tersebut kepada Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum untuk menjadi
pengasuh. Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah diresmikan oleh Romo KH. Salimi pada
tanggal 9 Februari 2000.
Dalam mengajar, beliau memilki metode yang berbeda disetiap
tingkatan santrinya. Awalnya Basic Pondok Pesantre Al-Luqmaniyyah itu tentang
fiqih tetapi ada kendala tentang mata pelajaran alat (nahwu), lalu akhirnya
nahwu yang lebih ditekankan dan menjadi basic Pesantren sampi saat ini. Metode
beliau yang dipakai setiap pelajaran berbeda-beda dari I’dadi sampai Tahtim.
Metode yang digunakan dalam kelas alfiyah yaitu semua santri wajib belajar,
presentasi ( bagi yang tidak presentasi juga wajib belajar karena akan ditunjk)
dan runtut, sedangkan yang selain kelas alfiyah yaitu dengan diberi PR dan
metodenya tidak runtut. Dapat diambil pelajaran bahwa beliau sangat
memperhatikan proses belajar santri-santrinya.
Selain belajar, Abah Najib Juga mendidik para santri agar melakukan
riyadloh (tirakat). Beliau menyuruh antri yang baru masuk pada saat sowan untuk
tirakat seperti puasa senin kamis, membaca Al-Qur’an satu hari satu jus,
ngrowot, ziarah, jama’ah dan lain sebagainya sesuai kemampuan para santri. Hal
ini beliau lakukan agar kelak para santri mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan
barokah. Meskipun Pondok Al-Luqmaniyyah menyuruh santrinya tirakat tetapi
proses pendidikan juga diperhatikan oleh beliau. Beliau selalu mengabsen para
santri satu-persatu, sehingga antara tirakat dan pendidikan sejalan. Untuk
beliau yang penting proses belajarnya.
Ciri khas dari Beliau Abah Naji adalah menganggap ngaji itu
penting, tidak mudah meninggalkan mengajar didalam kelas. Apabila tidak bisa
mengajar, beliau pasti sudah menyiapkan badal (pengganti) untuk mengajar. Untuk
memberi hukuman kepada para santri, setidaknya beliau memarahi kalau tidak
ngaji, dan disesuaikan tingkat pelanggaran santri, semisal ngantuk pada saat
jam berlangsungnya pelajaran biasasnya akan dilempar dengan penghapus atau
sepidol.
Dalam mendidik santrinya beliau menyuruh para santri untuk
riyadloh, dapat menempatkan pada kehidupan sosial, dan peka terhadap lingkungan
sekitar. Beliau sangat faham dengan para santrinya meskipun sntri tidak
mengetahuinya. Kepekaan batiniah beliau lebih kuat daripada lahiriahnya. Beliau
ingi mencetak santri yang tahan banting supaya dalam masyarakat dapat
menempatkan dirinya dan tidak mudah terpengaruh. Beliau juga tidak menginginkan
kesuksesan santrinya itu didapat secara instan. Berbeda lagi ketika beliau
mendidik putra-putrinya dan masyarakat. Ketika mendidik putra putrinya kadang
keras, kadang dengan sangat kasih sayang (menuruti apa yang mereka inginkan
kemudian diberi nasihat). Tuntutan mengaji tetap ada tetapi tidak sekeras kepada
santrinya.
Sedangkan dalam masyarakat, beliau memberikan solusi dan ikut andil
didalamnya. Bagi meeka yang sedng punya masalah, seperti ketika ada orang yang
bertamu dan mengungkapkan kalu dia tidak mempunyai pekerjaan lalu beliau
memberi modal kepada tamu tersebut. Beliau memberi kasih sayang yang lebih dan
yang penting tamu terayomi.
Ada banyak riyadloh yang Abah Najib aksanakan sampai akhir hayat
beliau, setidaknya ada lima bentuk
riyadloh yang terlihat secara kasat mata. Pertama istiqomah beliau dalam segala
hal ibadah. Dijelaskan bahwa Abah Najib tudak pernah meninggalkan majelis malam
selasa meskipun dalam keadaan yang bagaimanapun. Beliau rela pulang hanya satu
hari dari Kalimantan dalam rangka muktamar NU seluruh Indonesia dan kembali
kesana lagi demi menghadiri rutinan majelis pengajian malam selasa.
Riyadloh kedua yang beliau lakukan ialah setiap malam beliau tidak
pernah sare(tidur) sampa fajar tiba. Beliau selalu menerima tamu untuk
mengobrol dan diskusi hingga fajar. Ketiga beliau selalu menghormati dan
memuliyakan tamu yang berkunjung pada beliau tanpa membeda-bedakannya, bahkan
setiap tamu pasti disuruh untuk dahar (makan). Keempat beliau selalu ziarah
kemakam-makam Aulia’ pada hari-hari tertentu dan mengajak sebagian jemaah untuk
ikut beliau. Dan yang terakhir Abah Najib masih ngrowot (tidak makan nasi)
hingga akhir hayat beliau.
Ada empat wasiat yang beliau amanahkan sebelum beliau kembali
kerahmat Allah. Pertama penerus Pondok Pesantran Al-Luqmaniyyah adalah putra
pertama beliau yaitu Gus Muhammad Abdullah Falah dibantu oleh keluarga. Pada
waktu itu Gus Muhammad Abdullah Falah baru berusia sebelas tahun (kelas 5 SD).
Karena belum memungkinkan untuk menjadi pengasuh, maka pengasuh Pondok
Pesantren Al-Luqmaniyyah sekarang dipegang oleh Ibu Nyai HJ. Chamnah Najib
dibantu oleh keluarga.
Kedua, teruskan dan istiqomahkan majelis pengajian jamaah malam
selasa. Sekarang pengajian malam selasa tersebut dipimpin oleh Kyai Nasiin dan
Kyai Nur Charis. Beliau berdua merupakan kakak dan adik dari Al-Marhum
Al-Maghfurllah KH.Najib Mamba’ul ‘Ulum alhamdulillah juga dibantu oleh Romo KH.
Chudori Abdu Aziz yang merupakan moro sepah beliau (mertua). Majelis pengajian
malem selasa tersebut alhamdulillah masih diistiqomahkan sampai sekarang dan
insyallah akan terus diistiqomahkan seperti pesan wasiat beliau.
Wasiat yang ketiga ialah santri-santri Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah
harus tetap meneruskan kegiatan Pondok Pesantren seperti biasa. Dan wasiat yang
terakhir beliau teruskan dan istiqomahkan kegiatan rutinan maupun awrod
(wirid-wirid) yang sudah dirintis dan dijalankan. Itulah empat wasiat yang
sampaikan beliau pada saat beliau dirawat di RS PKU Muhammadiyyah Yogyakarta.
Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum mengalami kecelakaan Dikabupaten Kudus
pada saat ziarah Waliyaullah ke Jawa Tengah. Beliau dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyyah
Yogyakarta selama empat hari. Dan beliau kembali kerahmatallah setelah
melaksanakan operasi pada mustoko (kepala) beliau. Abah Najib Mamba’uk ‘Ulum
wafat pada tanzulqo’dah 1432 H. Semua keluarga, santri, jamaah dan tamu tidak
enyangka akan secepat itu akan dipangil Allah karena setelah dioperasi beliau
terlihat segar bugar dan sehat, bahkan beliau sampai menghabiskan satu setengah
buah apel dan beliau juga meminta rokok. Namun karena ruangan ber-AC maka
beliau urungkan niat beliau untuk merokok. Dan beliau juga sempat memeluk Gus
Falah dan Gus Masduq disisi kanan dn sisi kiri beliau.
Beliau Al-Marhum Al-Maghfurllah Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum
dimakamkan dikomplek pemakaman Cambahan Mlangi Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Semoga beliau diberi tempat yang paling mulia sisisi Allah Subhanahu WA Ta’ala
dan semoga kami semua warga Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah diberi kekuatan dan
keistiqomahan oleh Allah dalam melaksanakan wasiat beliau Abah Najib Mamba’ul
‘Ulum . Amien-Amien Ya Robbal ’Alamin
Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
BalasHapusKaos Dakwah Eksklusif
Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
Tips Menjaga Hubungan