Jumat, 13 Mei 2016

PROFIL PENGASUH PONDOK PESANTREN AL-LUQMANIYYAH

KH Najib Salimi
ABAH Najib Mamba’ul ‘Ulum adalah pengasuh pondok pesantren Al-Luqmaniyyah yang lahir pada tanggal 7 januari 1971, dari pasangan Romo KH Salimin dan Ibu Nyai Bunyanah. Semenjak kecil beliau telah dididik keras tentang agama oleh Romo KH. Salimi. Beliau mengenyam pendidikan formal hanya sampai SD, bahkan ijazahnya pun tidak diambil.
Setelah lulus SD Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum berangkat nyantri ke Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo. Pada waktu itu Pondok Pesantren diasuh oleh Romo KH. Abdurrahman Chudori setelah wafatnya KH. Chudori yang merupakan pendiri Pondok Pesantren API Tegalrejo. Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum Nyantri di Pondok Pesantren API Tegalrejo kurang lebih 15 tahun.
Semenjak nyantri di Tegalrejo beliau sudah gemar riyadloh (tirakat) diantaranya beliau mengamalkan puasa senin kamis, jama’ah, puasa daud, ngrowot dan lain sebagainya. Dan bahkan Abah Najib melaksanakan ngrowot sampai akhir hayat beliau. Beliau termasuk santri kinasih (kesayangan) Romo KH. Abdurrahman Chudori. Walaupun demikian beliau tidak lantas sekepenake dewe (seenaknya sendiri), beliau tetap tekun belajar dan mentaati peraturan-peratura Pondok Pesantrean yang berlaku.

Setelah boyong dari Pondok Pesantren API Tegalrejo, beliau mempersunting Ibu Nyai HJ. Siti Chamnah putri dari Romo KH. Chudlori Abdul Aziz Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Ngrukem Bantul Yogyakarta. Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai dua orang putra yang ganteng-ganteng dan seorang putri yang cantik dan imut. Putra pertama beliau diberi nama Gus Muhammad Abdullah Falah, Putra yang kedua diberinama Gus Muhammad Alwi Masduq dan seorang putrinya yang diberi nama Ning ‘Abdah Iqtada.

Abah Najib diberi amanah oleh ayahanda beliau yaitu Romo KH. Salimi untuk mengasuh sebuah Pondok Pesantren yang terletak ditengah kota Yogyakarta yaitu di Jl. Babaran Gg. Cemani 759 P/UH V Kalangan Umbulharjo 55161. Pondok Pesantren Itu diberi nama Al-Luqmaniyyah karena dinisbatkan pada muasisnya (pendiri) yang bernama Bpk H. Luqman Jamal Hasibuan. Bpk H. Luqman Jamal Hasibuan mendirikan Pondok Pesantren tersebut atas rasa sukur yang telah diberikan oleh Allah SWT, berupa kesembuhan dari penyakit yang diderita beliau melalui lantaran Romo KH. Salimi, karena telah berbagai macam pengobatan telah beliau lakukan  namun tidak kunjung sembuh. Bpk H. Luqman Jamal Hasibuan memasrahkan Pondok Pesantren tersebut kepada Romo KH. Salimi untuk menjadi pengasuh, namun karea beliau telah memiliki Pondok Pesantren sendiri yaitu Pondok Pesantren As-Salimiyyah yang terletak di Cambahan Mlangi Sleman Yogyakarta, maka beliau mengamanahkan Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah tersebut kepada Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum untuk menjadi pengasuh. Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah diresmikan oleh Romo KH. Salimi pada tanggal 9 Februari 2000.

Dalam mengajar, beliau memilki metode yang berbeda disetiap tingkatan santrinya. Awalnya Basic Pondok Pesantre Al-Luqmaniyyah itu tentang fiqih tetapi ada kendala tentang mata pelajaran alat (nahwu), lalu akhirnya nahwu yang lebih ditekankan dan menjadi basic Pesantren sampi saat ini. Metode beliau yang dipakai setiap pelajaran berbeda-beda dari I’dadi sampai Tahtim. Metode yang digunakan dalam kelas alfiyah yaitu semua santri wajib belajar, presentasi ( bagi yang tidak presentasi juga wajib belajar karena akan ditunjk) dan runtut, sedangkan yang selain kelas alfiyah yaitu dengan diberi PR dan metodenya tidak runtut. Dapat diambil pelajaran bahwa beliau sangat memperhatikan proses belajar santri-santrinya.

Selain belajar, Abah Najib Juga mendidik para santri agar melakukan riyadloh (tirakat). Beliau menyuruh antri yang baru masuk pada saat sowan untuk tirakat seperti puasa senin kamis, membaca Al-Qur’an satu hari satu jus, ngrowot, ziarah, jama’ah dan lain sebagainya sesuai kemampuan para santri. Hal ini beliau lakukan agar kelak para santri mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan barokah. Meskipun Pondok Al-Luqmaniyyah menyuruh santrinya tirakat tetapi proses pendidikan juga diperhatikan oleh beliau. Beliau selalu mengabsen para santri satu-persatu, sehingga antara tirakat dan pendidikan sejalan. Untuk beliau yang penting proses belajarnya.

Ciri khas dari Beliau Abah Naji adalah menganggap ngaji itu penting, tidak mudah meninggalkan mengajar didalam kelas. Apabila tidak bisa mengajar, beliau pasti sudah menyiapkan badal (pengganti) untuk mengajar. Untuk memberi hukuman kepada para santri, setidaknya beliau memarahi kalau tidak ngaji, dan disesuaikan tingkat pelanggaran santri, semisal ngantuk pada saat jam berlangsungnya pelajaran biasasnya akan dilempar dengan penghapus atau sepidol.

Dalam mendidik santrinya beliau menyuruh para santri untuk riyadloh, dapat menempatkan pada kehidupan sosial, dan peka terhadap lingkungan sekitar. Beliau sangat faham dengan para santrinya meskipun sntri tidak mengetahuinya. Kepekaan batiniah beliau lebih kuat daripada lahiriahnya. Beliau ingi mencetak santri yang tahan banting supaya dalam masyarakat dapat menempatkan dirinya dan tidak mudah terpengaruh. Beliau juga tidak menginginkan kesuksesan santrinya itu didapat secara instan. Berbeda lagi ketika beliau mendidik putra-putrinya dan masyarakat. Ketika mendidik putra putrinya kadang keras, kadang dengan sangat kasih sayang (menuruti apa yang mereka inginkan kemudian diberi nasihat). Tuntutan mengaji tetap ada tetapi tidak sekeras kepada santrinya.

Sedangkan dalam masyarakat, beliau memberikan solusi dan ikut andil didalamnya. Bagi meeka yang sedng punya masalah, seperti ketika ada orang yang bertamu dan mengungkapkan kalu dia tidak mempunyai pekerjaan lalu beliau memberi modal kepada tamu tersebut. Beliau memberi kasih sayang yang lebih dan yang penting tamu terayomi.

Ada banyak riyadloh yang Abah Najib aksanakan sampai akhir hayat beliau, setidaknya ada lima  bentuk riyadloh yang terlihat secara kasat mata. Pertama istiqomah beliau dalam segala hal ibadah. Dijelaskan bahwa Abah Najib tudak pernah meninggalkan majelis malam selasa meskipun dalam keadaan yang bagaimanapun. Beliau rela pulang hanya satu hari dari Kalimantan dalam rangka muktamar NU seluruh Indonesia dan kembali kesana lagi demi menghadiri rutinan majelis pengajian malam selasa.

Riyadloh kedua yang beliau lakukan ialah setiap malam beliau tidak pernah sare(tidur) sampa fajar tiba. Beliau selalu menerima tamu untuk mengobrol dan diskusi hingga fajar. Ketiga beliau selalu menghormati dan memuliyakan tamu yang berkunjung pada beliau tanpa membeda-bedakannya, bahkan setiap tamu pasti disuruh untuk dahar (makan). Keempat beliau selalu ziarah kemakam-makam Aulia’ pada hari-hari tertentu dan mengajak sebagian jemaah untuk ikut beliau. Dan yang terakhir Abah Najib masih ngrowot (tidak makan nasi) hingga akhir hayat beliau.

Ada empat wasiat yang beliau amanahkan sebelum beliau kembali kerahmat Allah. Pertama penerus Pondok Pesantran Al-Luqmaniyyah adalah putra pertama beliau yaitu Gus Muhammad Abdullah Falah dibantu oleh keluarga. Pada waktu itu Gus Muhammad Abdullah Falah baru berusia sebelas tahun (kelas 5 SD). Karena belum memungkinkan untuk menjadi pengasuh, maka pengasuh Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah sekarang dipegang oleh Ibu Nyai HJ. Chamnah Najib dibantu oleh keluarga.

Kedua, teruskan dan istiqomahkan majelis pengajian jamaah malam selasa. Sekarang pengajian malam selasa tersebut dipimpin oleh Kyai Nasiin dan Kyai Nur Charis. Beliau berdua merupakan kakak dan adik dari Al-Marhum Al-Maghfurllah KH.Najib Mamba’ul ‘Ulum alhamdulillah juga dibantu oleh Romo KH. Chudori Abdu Aziz yang merupakan moro sepah beliau (mertua). Majelis pengajian malem selasa tersebut alhamdulillah masih diistiqomahkan sampai sekarang dan insyallah akan terus diistiqomahkan seperti pesan wasiat beliau.

Wasiat yang ketiga ialah santri-santri Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah harus tetap meneruskan kegiatan Pondok Pesantren seperti biasa. Dan wasiat yang terakhir beliau teruskan dan istiqomahkan kegiatan rutinan maupun awrod (wirid-wirid) yang sudah dirintis dan dijalankan. Itulah empat wasiat yang sampaikan beliau pada saat beliau dirawat di RS PKU Muhammadiyyah Yogyakarta.

Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum mengalami kecelakaan Dikabupaten Kudus pada saat ziarah Waliyaullah ke Jawa Tengah. Beliau dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyyah Yogyakarta selama empat hari. Dan beliau kembali kerahmatallah setelah melaksanakan operasi pada mustoko (kepala) beliau. Abah Najib Mamba’uk ‘Ulum wafat pada tanzulqo’dah 1432 H. Semua keluarga, santri, jamaah dan tamu tidak enyangka akan secepat itu akan dipangil Allah karena setelah dioperasi beliau terlihat segar bugar dan sehat, bahkan beliau sampai menghabiskan satu setengah buah apel dan beliau juga meminta rokok. Namun karena ruangan ber-AC maka beliau urungkan niat beliau untuk merokok. Dan beliau juga sempat memeluk Gus Falah dan Gus Masduq disisi kanan dn sisi kiri beliau.

Beliau Al-Marhum Al-Maghfurllah Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum dimakamkan dikomplek pemakaman Cambahan Mlangi Kabupaten Sleman Yogyakarta. Semoga beliau diberi tempat yang paling mulia sisisi Allah Subhanahu WA Ta’ala dan semoga kami semua warga Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah diberi kekuatan dan keistiqomahan oleh Allah dalam melaksanakan wasiat beliau Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum . Amien-Amien Ya Robbal ’Alamin

1 komentar:

  1. Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
    Kaos Dakwah Eksklusif

    Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
    Tips Menjaga Hubungan

    BalasHapus

Mohon Komentar yang sopan ya !